Edwin
Hubble pada tahun 1927 menemukan bahwa setelah Big Bang terjadi, alam semesta
terus-menerus mengalami ekspansi menjauh dari titik semula. Hal itu benar-benar
merubah persepsi di masa itu yang mengganggap bahwa alam semesta berada pada
keadaan tetap (Steady State). Artinya, alam semesta tidak mengalami perubahan
beberapa saat setelah Big Bang hingga saat ini. Penemuan Hubble menjadi sebuah
titik baru pemahaman manusia terhadap alam semesta. Baik bagaimana alam semesta
itu terbentuk, maupun perkiraan bagaimana alam semesta itu akan berakhir
suatu saat lain.
Perkembangan
Alam Semesta
Yang
lebih mencengangkan dari penemuan Hubble adalah, kecepatan alam semesta dalam
proses perkembangannya ternyata tidak melambat. Sebaliknya, alam semesta justru
berkembang dalam percepatan yang terus menerus bertambah. Bukti dari hal itu
adalah efek dopler. Dalam teori fisika klasik, sebuah benda yang bergerak
dengan kecepatan tinggi menuju ke arah kita, maka akan nampak mempunyai efek
warna kebiruan. Sedangkan sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan tinggi
menjauh dari tempat kita berada, maka akan mempunyai efek warna kemerahan.
Efek Doppler
Terhadap Warna
Dari
hasil pengamatan Hubble, ditemukan bahwa galaksi-galaksi yang ada di alam
semesta bergerak menjauh dengan efek warna kemerahan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa galaksi-galaksi sedang bergerak, dengan percepatan
tertentu menjauh dari sebuah titik yang diperkirakan sebagai titik awal
terjadinya Big Bang. Dari keadaan susunan galaksi waktu itu, dibandingkan
dengan percepatan, maka diperkirakan bahwa usia alam semesta adalah 13.7 milyar
tahun.
Pertanyaan
yang paling menggeltik adalah, sampai kapan alam semesta dapat berkembang
terus? Karena sebuah benda yang mempunyai percepatan pastilah mempunyai akhir
dari percepatan yang ia hasilkan sendiri. Namun sebelum membahas tentang
bagaimana alam semesta ini akan berakhir, ada baiknya kita melihat apa yang
menyebabkan galaksi ini dapat terus berkembang.
Sebuah
entitas khusus yang mampu mengisi ruang kosong di alam semesta sebenarnya sudah
lama sekali di gali. Jika seluruh partikel plus helium dan hidrogen ditambahkan
secara total, alam semesta masih kekurangan 95% dari total bobotnya. Jika
ditambah kembali dengan partikel-partikel gelap (tak terlihat) yang nanti
disebut dengan Dark Matter, maka kekurangan itu hanya dikurangi sebesar 25%.
Itu artinya 70% akam semesta masih kosong.
Tidak
ada bukti secara jelas materi atau energi apa yang mengisi kekosongan alam
semesta. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa ruang kosong yang mengisi 70% dari
alam semesta ini adalah sebuah energi, energi yang tidak tampak. Dan karena
ketidaknampakan ini, ahli menyebutnya sebagai Dark Energy. Dark Energy adalah
sebuah energi primitif, lahir sesaat setelah Big Bang terjadi. Dan energi
primitif inilah yang barangkali membentuk wajah alam semesta hingga sekarang.
Energi yang mendorong materi-materi untuk membentuk galaksi, tata surya dan
planet-planet. Sebuah energi yang entah bersinergi atau justru bertentangan
dengan gravitasi.
Dark
Energy, adalah pendorong percepatan gerakan galaksi-galaksi yang sudah
disebutkan diatas. Energi itulah yang menyebabkan alam semesta menjauhi sebuah
titik yang diperkirakan adalah titik awal terjadinya Big Bang. Bergerak dalam
akselerasi yang terus-menerus bertambah. Hubble sendiri merasa heran dengan
pola pergerakan alam semesta yang ia temukan. Ia berkali-kali memastikan dengan
teleskop bahwa penemuaannya bukanlah sebuah kesalahan observasi. Namun memang
seperti itulah keadaan pergerakan alam semesta.
Pertanyaan
kedepan adalah, jika alam semesta ini akan terus berkembang dengan sebuah
energi sebagai pendorongnya, energi itu pasti punya suatu titik dimana ia akan
berhenti. Titik di mana energi pendorong akan habis, seperti mobil yang
kehabisan bensin. Hanya saja, jika mobil kehabisan bensin, maka ia hanya akan
berhenti di jalan. Tidak ada bahaya yang muncul terhadap mobil itu kecuali jika
sebuah truk kontainer tiba-tiba datang dan menabraknya.
Namun di
alam semesta ini, selain Dark Energy, terdapat energi lain yang mempunyai
pengaruh kurang lebih sama besarnya. Energi itu adalah gaya gravitasi. Energi
gravitasi mempunyai gaya kebalikan dari Dark Energy. Ia justru membuat
materi-materi saling melekat satu sama lain. Ketika Dark Energy semakin habis,
maka perlahan-lahan gravitasi akan mengambil alih kendali. Sehingga
perlahan-lahan, gerak laju percepatan akan melambat dan pada akhirnya justru bergerak
ke arah berkebalikan. Alam semesta tidak lagi menjauhi titik awal Big Bang,
namun dia justru akan bergerak ke arahnya. Di saat itulah, jarak antar galaksi
akan semakin mendekat, jarak antar tata surya semakin mengecil dan
partikel-partikel akan semakin memadat. Itulah saat di mana ilmuwan menyebutnya
sebagai Big Crunch
Big
Crunch
Big
Crunch adalah saat dimana energi dorong alam semesta berhenti, sehingga alam
semesta yang awalnya bergerak menjauhi sebuah titik, kini justru bergerak
sebaliknya. Ia akan bergerak kembali ke titik awal terjadinya Big Bang, tepat
di tengah alam semesta sekarang ini.
Big
Crunch diawali dengan melambatnya gerak laju alam semesta. Efek Doppler dari
galaksi-galaksi yang dahulu disebut Hubble berwarna merah, mungkin akan berubah
jadi keputihan. Setelah itu galaksi-galaksi akan sempat mengalami penghentian
gerak laju untuk beberapa waktu. Namun gaya gravitasi akan mulai mengambil
alih, sehingga galaksi-galaksi sedikit demi sedikit akan kembali bergerak,
hanya saja, gerak lajunya berubah arah. Ia akan bergerak menuju pusat gravitasi
alam semesta, titik di mana Big Bang dimulai, titik di mana partikel-partikel
pertama kosmos terbentuk, titik di mana masa gravitasi mempunyai bobot
terbesarnya.
Konsekuensi
Big Chrunch sangatlah besar, namun sangat lambat untuk disadari. Ketika kita
menatap langit, perlahan-lahan titik-titik cahaya yang sejatinya adalah
galaksi-galaksi semakin membesar. Artinya adalah, jarak antar galaksi semakin
mengecil. Artinya lagi, kerapatan alam semesta semakin menyempit. Alam semesta
diibaratkan sebagai sebuah gelembung raksasa. Gelembung itu mengembang dan
mengempis sesuai dengan energi di dalamnya.
Mengecilnya
jarak antar galaksi hanyalah sebuah awal. Jika jarak di antara
kumpulan-kumpulan konstelasi bintang itu semakin merapat, tubrukan kosmos tak
bisa dihindari. Galaksi dengan galaksi akan saling bertubrukan hingga seluruh
galaksi di alam semesta kembali menjadi satu kesatuan, keadaan tersebut mirip
sekali dengan keadaan sesaat setelah Big Bang terjadi. Kemungkinan berikutnya
adalah bersatunya kembali seluruh partikel di alam semesta menjadi satu
kesatuan utuh yang padat, seperti sebelum Big Bang terjadi. Dan sebuah kesatuan
yang padat ini, suatu saat (kemungkinan) akan melahirkan Big Bang yang lain,
sehingga sebuah alam semesta akan kembali lahir.
Big Rip
Big Rip
adalah masa di mana alam semesta terus-menerus mengembang hingga pada titik di
mana keterkaitan antar galaksi tidak dapat lagi dipertahankan. Galaksi, seperti
sekarang ini, akan terus-menerus mengembang hingga pada titik yang tak
terhingga. Jarak antar galaksi akan semakin jauh, hingga mungkin ketika kita
melihat ke angkasa, tidak akan ada satupun titik cahaya yang berasal dari
galaksi lain.
Menjauhnya
jarak antar galaksi itu barulah sebuah awal. Ketika kekuatan gaya gravitasi
semakin melemah, sebaliknya kekuatan Dark Energy akan stabil atau kian
bertambah, maka ikatan-ikatan lebih kecil seperti tata surya pun akan
terpengaruh. Jarak antara planet satu dengan yang lain dan bintang yang
dikitarinya akan semakin menjauh. Tidak menutup kemungkinan efek lain
melemahnya gravitasi juga akan berpengaruh pada skala partikel. Ikatan antar
partikel semakin melemah sehingga menggakibatkan satu demi satu ikatan partikel
ankan terlepas.
Alam
semesta barangkali tidak akan terlihat sebagai sebuah kumpulan bintang dan
galaksi. Di dalam Big Rip, alam semesta akan terlihat sebagai sebuah gelembung
raksasa yang dipenuhi dengan gelembung partikel. Atau justru gelembung atomik.
Dan antar partikel satu dengan partikel lain hampir tidak mempunyai
keterikatan.
Big
Freeze
Teori
Big Freeze sebenarnya hanya teori sampingan dari Big Rip. Teori ini
mengungkapkan bahwa, setelah alam semesta terus mengalami ekspansi yang tak
berkesudahan dan jarak antara satu planet dengan planet yang lain akan semakin
jauh. Maka alam semesta akan menjadi dingin atau beku.
Pendinginan
atau kebekuan yang alam semesta alami disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
jarak antara satu bintang dengan bintang yang lain sangatlah jauh, sehingga
energi panas yang dihasilkan oleh satu bintang tidak akan sampai pada tata
surya lain, bahkan kepada planet terdekatnya sekalipun. Kedua, bintang-bintang
telah kehabisan energinya untuk memproduksi panas. Intinya adalah,
bintang-bintang menjadi mati. Mereka mengalami pendinginan atau bahkan beberapa
diantaranya mengalami supernova.
Dalam
kasus ini, kita akan mengalami yang namanya jaman es. Hanya saja, jaman es ini
tidak saja terjadi di bumi. Namun juga di seluruh alam semesta. Setiap planet,
setiap galaksi, setiap sistem galaksi akan mati, tidak memancarkan cahaya
sedikitpun dan alam semestapun menjadi gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar